Tahukah GroMoms bahwa kekurangan gizi pada si Kecil tidak hanya memengaruhi pertumbuhan saat ini, tetapi juga dapat membawa dampak jangka panjang yang serius pada kesehatannya di masa dewasa? Seringkali kita hanya fokus pada efek langsung seperti gangguan pertumbuhan, namun riset terbaru menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kardiovaskular, gangguan metabolisme glukosa, hingga sindrom metabolik ketika mereka dewasa.
Hal yang mungkin mengejutkan, kekurangan gizi tidak hanya dialami oleh anak-anak dari keluarga ekonomi rendah. Penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa 11,9% anak dari kelompok ekonomi menengah ke atas masih mengalami stunting. Ini menunjukkan bahwa faktor seperti preferensi makanan dan pengetahuan orang tua tentang nutrisi memiliki peran besar dalam risiko kekurangan gizi pada anak. Oleh karena itu, penting bagi kita, GroMoms, untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak kekurangan gizi pada anak dan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya.
Kekurangan gizi terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan jumlah nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan normal. Ini tidak selalu berarti kekurangan makanan secara keseluruhan; bahkan, anak yang cukup makan bisa saja mengalami kekurangan gizi jika nutrisi yang diterima tidak seimbang. Misalnya, kekurangan vitamin D bisa menyebabkan gangguan postur tubuh, sementara kekurangan vitamin A dapat mengganggu proses pembekuan darah dan memperlemah sistem imun. Demikian pula, kekurangan kalsium dan fosfat dapat mengakibatkan tulang rapuh.
Tanda-tanda kekurangan gizi pada anak bisa dikenali sejak dini, seperti berat bayi lahir rendah, pertumbuhan yang lambat, anak kurang aktif, gusi mudah berdarah, kulit kering, rambut rapuh, serta tulang yang terlihat lunak. Pada anak yang tampak cukup makan namun tetap kekurangan gizi, tanda-tanda lain seperti kegemukan, anemia, resistensi insulin, serta stunting (tinggi badan yang tidak sesuai standar) bisa menjadi petunjuk penting.
Salah satu dampak paling umum dari kekurangan gizi adalah stunting, yang disebabkan oleh kekurangan makronutrien seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Ketika tubuh kekurangan nutrisi ini, ia akan memecah jaringan tubuh untuk digunakan sebagai energi, dan hal ini dapat mengganggu fungsi normal organ dan jaringan lainnya.
Selain itu, kekurangan gizi juga sering disertai dengan defisiensi vitamin dan mineral, yang dapat menyebabkan kondisi serius seperti kwashiorkor (cukup kalori tapi kurang protein), marasmus (kekurangan kalori total), serta gangguan penglihatan akibat kekurangan vitamin A. Kekurangan gizi juga berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh anak, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, serta pemulihan yang lebih lambat saat sakit.
Aktivitas jantung yang melambat akibat kekurangan gizi juga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, tekanan darah rendah, dan suhu tubuh yang lebih dingin dari biasanya. Anak yang kekurangan gizi cenderung terlihat lesu, kehilangan nafsu makan, dan bagian dari sistem pencernaan mereka bisa mengalami atrofi, yaitu pengecilan ukuran dan massa jaringan atau organ tubuh.
Penting untuk diingat bahwa dampak kekurangan gizi bisa bersifat permanen jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Dua tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang sangat krusial untuk pertumbuhan, tetapi kabar baiknya adalah penelitian dari Public Health Amerika yang didukung oleh Boston University menemukan bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaiki kondisi ini selama anak masih berada dalam masa pertumbuhan.
Mengatasi kekurangan gizi pada anak memerlukan pendekatan yang holistik dan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Jika GroMoms melihat tanda-tanda kekurangan gizi pada si Kecil, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi
Langkah pertama yang paling penting adalah berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli gizi tersertifikasi. Diagnosis mandiri sangat tidak disarankan karena bisa mengarah pada penanganan yang salah. Dokter atau ahli gizi dapat melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab spesifik kekurangan gizi dan jenis nutrisi apa yang perlu ditingkatkan.
2. Perubahan Pola Makan
Setelah berkonsultasi, GroMoms mungkin akan diminta untuk melakukan perubahan pola makan si Kecil. Ini bisa meliputi peningkatan porsi makanan, penambahan jenis makanan yang kaya akan nutrisi tertentu, atau mengubah frekuensi makan. Mengonsumsi makanan yang terfortifikasi dengan vitamin dan mineral juga seringkali menjadi bagian dari rekomendasi ini.
3. Perubahan Pola Asuh
Mengatasi kekurangan gizi tidak hanya soal makanan, tetapi juga soal kebiasaan sehari-hari. GroMoms bisa menjadi role model dengan menerapkan gaya hidup sehat di rumah. Ajak si Kecil untuk lebih aktif bergerak, buatlah suasana makan yang menyenangkan, dan pastikan bahwa waktu makan bersama keluarga menjadi prioritas. Menyusun menu harian yang seimbang bersama-sama juga bisa menjadi cara yang efektif untuk memastikan si Kecil mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya.
4. Menjaga Kebersihan Lingkungan Rumah
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penanganan kekurangan gizi adalah kebersihan lingkungan. Peralatan masak dan makan yang bersih penting untuk mencegah infeksi dan memastikan si Kecil mendapatkan makanan yang sehat dan aman. Menurut Profesor Kirk Dearden dari Boston University, kebersihan lingkungan adalah salah satu faktor kunci dalam pencegahan dan penanganan kekurangan gizi pada anak.
Selain itu, pengetahuan tentang nutrisi juga sangat penting. GroMoms bisa meningkatkan pemahaman dengan membaca literatur terkait, mengikuti seminar atau diskusi tentang gizi, serta berkonsultasi secara rutin dengan dokter atau ahli gizi. Upaya ini akan sangat membantu dalam memastikan si Kecil tumbuh dengan sehat dan optimal.
Tidak perlu menunggu lama, GroMoms. Mulailah sekarang dengan langkah kecil seperti membaca artikel-artikel gizi terpercaya, termasuk artikel berikutnya yang akan membahas “Arti Makanan Bergizi Seimbang serta Contoh dan Manfaatnya.” Yuk, jadikan kesehatan si Kecil prioritas utama!
Sumber artikel: